Purple Bow Tie

Senin, 18 Maret 2013

Last Love

Haiiiyyyaaahhh... Akhirnya Fanfiction ini terbit juga ^^ Ini adalah Fanfiction pertama yang aku share di blog. Dikarenakan fandom aku itu adalah MINOZ (sebutan untuk fans nya Lee Min Ho) makanya karakter laki - laki dalam FF ini adalah uri oppa Min Ho ^^ *prokprok. Selain Minppa, karakter laki - laki dalam FF ini juga ada Jung Yong Hwa dari CN Blue. Karakter selebihnya adalah aku dan teman - teman ku yang ngayal bisa jadi bagian dari kehidupan dua cowok keren ini :D Karena FF ini lumayan panjang, makanya aku bagi jadi beberapa chapter :)

Aku tahu FF ini masih jauh dari memuaskan, untuk itu aku harapkan pendapat, komentar, kritik, saran, uang, tas, sepatu, baju atau apa aja deh dari readers, hehe ^^.
Alright guys, here the story goes. Please enjoy! ^^

Cast :
  • Lee Min Ho as Lee Min Ho
  • Meidiana Maharani as Yoon Hye Sun
  • Jung Yong Hwa as Jung Yong Hwa
  • Ramawati Febrian as Chen Ji
  • Anisa Darmanita as Kim Eun Sa
  • Krisdiyanti as Jung Han Mi
  • Anizsarah Hanza as Lee Ji Eun

Chapter 1

Takdir. Setiap orang mempercayainya dan mereka memiliki takdirnya masing – masing. Namun tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana takdir itu bekerja, kapan, dan dengan cara apa takdir itu menyapanya.
Begitu juga dengan ku. Aku tidak tahu takdir apa yang akan menghampiriku. Hanya saja sekarang aku baru sadar, bahwa takdir indah ku tengah merangkak dalam gelap dan naik menuju galaksi terindah untuk menyuruh bintang di nebula mengerlipkan cahayanya yang menyilaukan sehingga membuat hatiku seterang bulan purnama.
♥♥♥
Libur musim dingin masih seminggu lagi. Namun aku harus tetap bekerja paruh waktu di toko souvenir milik Oppaku. Ups! Maksudku Yong Hwa Oppa (Oppa = panggilan perempuan ke kakak laki – laki atau ke pacar). Jujur saja aku memang menyukainya. Setiap hari terasa menyenangkan jika bersamanya.
Bus yang ku tunggu pun datang, aku segera naik dan memasukkan kartu perjalanan. Kebetulan sekali saat aku naik, ada seorang ahjumma (bibi) yang turun. Aku pun bergegas menuju kursi yang kosong itu. Saat akan duduk, aku bertabrakan dengan seorang namja (laki – laki).
Mian (maaf), tapi aku melihatnya lebih dulu.” Ujarku sopan.
“Tapi aku sudah berdiri lebih lama dari mu.” Aku pun mulai jengkel. Tanpa berkata apa – apa lagi, aku pun segera duduk di kursi kosong itu. ‘Sekarang laki – laki  itu tidak akan bisa berbuat apa – apa lagi,’ pikirku dalam hati. Namun dugaan ku salah, tiba – tiba saja laki – laki itu menarik tanganku dan membuatku berdiri tegak kembali.
Ya (hei)! Apa yang kau lakukan?” Omelku
“Apa yang ku lakukan? Seharusnya aku yang bertanya padamu apa yang kau lakukan. Kenapa kau duduk seenaknya saja padahal urusan kita belum selesai.”
Mwo (apa)? Apa kau tidak mau mengalah demi seorang yeoja (perempuan)?”
Aniyo (tidak)! Jika didalam suatu antrian setiap laki – laki harus mengalah pada wanita, kapan laki – laki itu bisa menyelesaikan urusannya? Lagipula kalaupun aku mau mengalah, aku akan mengalah pada ibu – ibu hamil, nenek tua ataupun anak kecil, dan satu lagi adalah orang yang ku sayangi. Kau tidak termasuk dalam salah satu kategorinya kan?”
Aku tersenyum kecut, “Mwo (apa)? Apa maksudmu? Aku benar – benar tidak bisa mempercayai apa yang ku dengar.”
“Singkatnya, aku tidak mau mengalah darimu.”
“Coba saja rebut kursi itu dari ku kalau kau bisa!”
Aku dan laki – laki itu pun segera membalikkan badan untuk memperebutkan kursi itu. Namun, oh astaga! Sudah ada seorang ahjussi (paman) yang menempatinya. Ternyata perdebatan kami memakan waktu yang cukup lama sampai melewati beberapa pemberhentian. Dan ahjussi itu naik di pemberhentian yang baru saja kami lewati dan ia segera menuju ke kursi yang dipikirnya kosong.
“Ini semua salahmu!” Kataku
“Apa? Jika tadi kau membiarkan aku duduk, jadinya tidak akan seperti ini.”
Ya (hei)! Kurasa bukan aku yang berbicara panjang lebar.”
“Terserah. Aku harap aku tidak akan pernah bertemu dengan mu lagi.”
“Aku harap juga begitu.”
Aku pun segera berjalan untuk menjauhi laki – laki menyebalkan itu. ‘Kurang ajar! Betapa menyebalkannya dia...’
♥♥♥
Yong Hwa Oppa mengajakku jalan – jalan ke taman bunga esok hari yang bertepatan dengan akhir pekan. Tentu saja ide itu kusambut dengan gembira. Sesampainya dirumah, aku pun segera menyiapkan pakaian yang akan ku pakai esok hari. Entah mengapa baju – baju ku terlihat sangat jelek dan kuno, apa itu karena aku yang ingin terlihat sempurna di depan Yong Hwa Oppa ya? Hmm, bisa jadi.
Aku pun memilih salah satu baju ku. Baju lengan panjang berwarna putih, ku padukan dengan jaket tebal warna biru muda selutut, celana jeans hitam, syal tebal dan topi berwarna krem. Hm, perfect!
Setelah selesai menyiapkan pakaian, aku pun berlanjut menyiapkan makanan yang ingin kubawa besok dan akan kumakan bersama Yong Hwa Oppa. Aku membuat beberapa makanan, pertama aku menyiapkan sayur – sayuran, daging, dan nasi yang merupakan bahan utama untuk membuat Kimbab dan Yubuchobap. Untuk Kimbab aku juga menyiapkan rumput laut (kim), sedangkan untuk Yubuchobap aku sudah menyiapkan tahu yang telah selesai ku goreng. Karena aku masih mempunyai persediaan Kimchi, jadi aku tidak perlu membuatnya lagi. Lagi pula, membuatnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memfermentasi sayurannya bukan? Entah berapa lama aku berkutat dengan masakan ku. Tiba – tiba ponsel ku berdering. Dari Chen Ji.
Yoboseyo (Halo)? Naya (Ini aku). Mwohae (Ada apa)?” Ujarku memulai pembicaraan.
Ya (hei)! Kau kemana saja? Kami sudah lama menunggumu.” Terdengar suara Eun Sa yang keras sekali sampai aku harus menjauhkan ponsel ku dari telinga untuk menghindari serangan radang telinga dadakan.
Mwo (apa)? Kenapa kalian menunggu ku?” Tanyaku tanpa rasa bersalah. Memangnya aku salah apa?
“Kami sedang di rumah Chen Ji. Kita kan sudah janji malam ini akan menginap dirumahnya. Apa kau lupa?” sepertinya ponsel Chen Ji telah direbut Han Mi.
Mwo (apa)? Jeongmalyo (benarkah)? Omo (Astaga)! Aku lupa! Mianhae (maafkan aku).” Kali ini aku benar – benar merasa bersalah.
Dwaessseo (sudahlah)! Sekarang cepat kau kesini ya. Kita pesta piyama. Menyenangkan sekali bukan?” Aku tahu kalau ponsel itu telah direbut kembali oleh sang empunya ponsel.
Mian (maaf), tapi aku tidak bisa. Hmm, sekarang aku sedang tidak dirumah. Aku sekarang sedang... hmm, sedang dirumah bibiku. Ne maja (iya benar)! Ya (hei)! Sudah dulu ya, aku sedang membantu bibiku memasak. Nanti aku telepon lagi ya, aku tutup teleponnya. Annyeong (sampai jumpa)!” Tuut... tuut... tuutt...
Aku memutuskan sambungan, lalu menarik napas panjang. ‘Mianhae’ (maafkan aku), ujarku pada diri sendiri. Aku sengaja berbohong dan memutuskan untuk tidak memberi tahu teman – teman ku kalau besok aku akan berkencan dengan Yong Hwa Oppa. Mereka memang sudah tahu kalau aku menyukai Yong Hwa Oppa, dan karena itu pula aku khawatir mereka histeris dan tiba – tiba mendapat ide sempurna untuk mengikuti aku dan Yong Hwa Oppa. Tentu saja aku tidak mau hal seperti itu terjadi. Memang sih aku dan Yong Hwa Oppa sering pergi bersama. Tapi menurutku hal itu tidak bisa dikategorikan sebagai kencan, karena biasanya kami hanya pergi ke toko buku, dan toko barang – barang antik. Sebagus – bagusnya tempat yang kami kunjungi adalah bioskop dan setelah itu pergi makan bersama. Itupun biasanya kalau Yong Hwa Oppa sedang sangat gembira, misalnya jika ia mendapat nilai A pada mata kuliahnya. Dan hal itu juga tidak bisa dikategorikan sebagai kencan. Karena menurut pendapatku, kencan itu adalah pergi ke tempat yang romantis, memakan makan siang yang dibawa sang perempuan, berfoto bersama, dan melakukan hal – hal yang romantis lainnya.
Hufth, aku menarik napas panjang. Sudah larut malam, untung saja semua masakanku sudah matang. Geurae (baiklah), aku akan tidur dan bangun pagi – pagi sekali. Aku akan mengemas masakanku di kotak makan esok pagi dan berdandan yang cantik!
♥♥♥


Bunga – bunga disini sangat cantik dan berwarna – warni tentunya. Mawar merah, melati, anggrek, eddelweis, tulip dan lavender menjadi pemandangan yang sangat indah yang terhampar di hadapan kami. Apa lagi aku sedang bersama seseorang yang betul – betul kukagumi. Diam – diam aku melirik Yong Hwa Oppa yang berjalan disampingku. Tiba – tiba saja ia juga menoleh ke arah ku, dan membuat pandangan kami beradu. Karena malu, aku segera memalingkan wajah. Namun dari ekor mataku, aku tahu bahwa ia tersenyum.

Tiba – tiba saja aku merasakan sesuatu yang lembut menggamit tanganku dan menggenggamnya. Omo (astaga)! Mungkinkah... Aku segera berhenti dan menoleh, benar dia yang melakukannya. Yong Hwa Oppa me... memegang tanganku.
          “Izinkan aku, menggenggam tanganmu,” saat aku mendengar suaranya yang lembut mengalun, aku merasa seperti sedang mendengarkan Michael Jackson bernyanyi. Apa aku berlebihan? Ku rasa tidak.
“Ini namanya mencuri,” Ujarku berusaha fokus pada Yong Hwa Oppa  dan menghilangkan pikiran ‘dapatkah Yong Hwa Oppa menjadi King of Pop sebagai pengganti Michael Jackson?’
Mwo (apa)?” Dia bersuara lagi, ya Tuhan kenapa rasanya hatiku berlomba – lomba mencair karena mendengar suaranya?
Oppa meminta izin setelah memegang tanganku. Itu namanya mencuri.”
“Kau lah yang telah mencuri,” Ujarnya yang membuat ku kaget setengah mati.
“A.. Apa maksudmu?” Aku bingung sekali. Aku takut ada seseorang yang memfitnah ku dan mengatakan bahwa aku telah mencuri beberapa barang dari toko souvenir Yong Hwa Oppa dan menjualnya di luaran dengan harga yang lebih murah. Hal apa lagi yang terpikirkan oleh ku?
“Kau telah mencuri waktu ku,” Tenggorokan ku tercekat, aku tidak dapat berkata apa – apa lagi. “Kau membuat ku memikirkan mu sepanjang hari, sampai aku tidak bisa fokus belajar dan bekerja. Apa yang kau lakukan padaku? Bagaimana bisa kau mencuri waktu ku yang berharga?” Aku tersenyum karena mengerti ucapannya dan aku tidak menyangka dia akan mengatakan itu.
Oppa...” Baru saja aku ingin berbicara, tiba – tiba dia memegang tanganku yang satunya, dan dengan lirih ia berkata “Tahu kah kau, aku mencintaimu Yoon Hye Sun?” Aku merasakan bahwa bumi berhenti berputar serta keadaan disekitarku melebur dan hanya menyisakan kami berdua saat Yong Hwa Oppa mendekatkan wajahnya ke arah ku dan menciumku.
♥♥♥
Krriiinnnngggg......
Suara nyaring itu, aku benci sekali. Aku kaget saat mendapati diriku masih di atas tempat tidur. Jadi... jadi... jadi... yang tadi itu hanya mimpi? Aigoo (aduh).. mengapa terasa begitu nyata? Apa mimpi itu pertanda bahwa Yong Hwa Oppa akan menyatakan perasaannya padaku ya? Aku harap sih begitu :)
Aku tersenyum riang sebelum menyadari bahwa jam menunjukkan pukul 8. Omo (astaga)! Aku harus siap – siap.
♥♥♥
Aduh, sial! Saking terburu – burunya aku sampai lupa memakai syal ku. Padahal udara hari ini dingin sekali. Ya sudahlah, aku harus cepat. Jangan sampai membuat Yong Hwa Oppa menunggu lama. Ah, itu dia Yong Hwa Oppa.
Oppa...!” Aku memanggilnya dan segera menghampirinya. “Oppa mianhae (maafkan aku). Maaf aku terlambat datang.” Ujar ku lagi
Gwaenchana (tidak apa – apa). Aku belum lama menunggu, jangan khawatir. Ayo kita masuk.” Kami pun masuk setelah sebelumnya Yong Hwa Oppa membayar tiket masuk.
Meskipun saat ini pohon – pohon sedang gundul, namun beberapa bunga disini tetap bermekaran dengan indahnya.
“Waaahhh... Neomu kyeopta (sangat cantik)!” Seruku
Gerom (tentu). Makanya banyak pasangan yang datang kesini untuk menikmati keindahan bunga – bunga disini bersama – sama.”
O (iya). Hm, Oppa, kenapa kau mengajakku kesini?” Tanyaku harap – harap cemas.
Ne (ya)? Oh, aku.. aku akan menemui seseorang. Dia teman lama ku.”
“Apakah dia seorang wanita?”
Gerom (tentu).” Mwo (apa)? Apakah dia akan berkencan dengan wanita itu?
“Ji Eun-a!” Tiba – tiba Yong Hwa Oppa  memanggil seseorang. “Gidarilgeyo (tunggu aku),” Ujarnya padaku, aku hanya membalasnya dengan seulas senyum.
Yong Hwa Oppa benar – benar tampan. Cara berbicaranya dengan orang lain saja benar – benar membuatku terpesona. Melihatnya, membuat kalimat indah terangkai dengan sendirinya dikepala ku. Kalimat ini tidak  boleh hilang, aku segera menuliskannya pada selembar kertas yang kusobek dari buku catatan yang selalu ku bawa – bawa kemanapun.
‘...dengan apa harus aku lukiskan indahnya pertemuan kita? Sementara Eddelweis dan Tulip yang mekar itu pun diam membisu menatapmu. Sanggupkah aurora di langit malam kutub menyaingi keindahan mu? Bila yang ada ia bersembunyi dibalik sinar mentari, aku tidak bisa mengatakan apapun. Biar bias jingga dan semburat oranye kemerahan yang menghias diorama nyata alam terbuka yang mewakili indahnya kehadiranmu...”
Selesai. Aku melipat kertas itu menjadi dua.
“Adik kecil, Jamkanmanieyo (tunggu sebentar)!” Aku memanggil seorang anak yang melintas didepanku. “Tolong berikan kertas ini pada laki – laki itu. Arachi (mengerti)?” Aku menunjuk kearah Yong Hwa Oppa, dan anak itu pun mengangguk.
“Ini untukmu. Gomawo (terima kasih),” Kataku sambil menyerahkan kertas dan coklat (yang sudah kubeli 2 hari lalu namun lupa ku makan) untuk anak itu.
Aku memperhatikan anak itu berjalan. Lucu sekali dia, mungkin usianya sekitar 4 tahun. Anak itu mengingatkan ku pada Eun Jong, adiknya Eun Sa yang usianya sama dengan anak itu. Tapi tunggu dulu, dia tidak berjalan ke arah Yong Hwa Oppa. Melainkan berjalan ke arah laki – laki yang berdiri di belakang Yong Hwa Oppa yang juga tidak jauh dari tempat ku berdiri. Sepertinya anak itu salah orang. ‘Tunggu dulu! Andwae (jangan)! Andwae! Jangan berikan kertasnya!’ Teriakku dalam hati. Namun terlambat, anak itu telah menyerahkannya.
Mwo (apa)? Dari siapa?” Terdengar samar – samar suara laki – laki itu. Aku pun segera membalikkan badan, memetik setangkai bunga dan berpura- pura mencium wanginya. Jangan sampai laki – laki itu mendatangiku. Ya Tuhan, dowa juseyo (tolong aku).
“Apakah ini darimu?” Terdengar suara laki – laki yang membuatku mematung. Sedetik kemudian, aku pun membalikkan badan dan segera membungkuk untuk meminta maaf.
Jweisonghamnida. Jweisonghamnida (maafkan aku). Anak itu salah orang. Aku tidak bermaksud memberikannya padamu.” Ujarku sambil membungkuk berulang kali. Saat aku menegakkan badan...
Omo (astaga)! Neo (kau)?! ...”
♥♥♥
 

4 komentar :

Anonim mengatakan...

lanjutannya mane?

Anonim mengatakan...

iihhh, bagus banget na :D
ditunggu chapter selanjutnya yah saya sama jung min ^^

Unknown mengatakan...

lanjutannya akan segera di poskan ^^

Unknown mengatakan...

ini chapter 2 nya ^^
My Fan Fictions: Last Love Chapter 2