Purple Bow Tie

Selasa, 03 Maret 2015

Disappointment

Berawal dari hal kecil yang membuatku merenungi diri. Ketika suatu permintaan tak langsung dipenuhi, aku meledak. Padahal permintaan itu bukan satu-satunya jalan. Masih ada hal lain yang dapat kulakukan untuk menyelesaikan persoalan. Namun permintaan itu memang hal termudah yang bisa dilakukan.
Aku menelepon ke seberang sana. Menanyakan tentang permintaanku yang sudah kuutarakan sebelumnya. Namun mama menjawab bahwa papa sedang ada urusan hingga tidak sempat melakukan permintaan itu. Langsung saja suara rengutan keluar dari mulutku hingga mama mengatakan akan meminta orang lain untuk membantu karena beliau sendiri tidak mengerti cara melakukannya.
Aku tutup telepon dengan tenggorokan yang tercekat menahan emosi. Aku menangis karena emosi yang terlampau besar. Begitu saja pikiran buruk tentang papa melintas di otakku. Papa yang lebih mementingkan urusannya daripada permintaanku yang sederhana dan mudah dilakukan. Aku menangis karena kesalnya.
Tak berapa lama setelah tangisku reda, papa menelepon. Ia mengatakan no yang aku cari tidak ada. Mendengar suaranya yang penuh kekhawatiran, sebuah kenyataan mengahantamku dengan telak. Akhirnya aku memintanya melakukan hal lain dan ia mengiyakan dengan cepat. Tanpa ragu, tanpa berpikir, tanpa rasa keberatan sama sekali.
Lagi-lagi aku menangis. Kali ini karena sebuah penyesalan. Betapa mudahnya aku tersulut emosi dan membiarkan papa merasa khawatir karena telah lalai menuruti permintaanku. Aku kecewa pada diriku sendiri. Pada sifatku sendiri. Kenapa aku tidak mampu memposisikan diri sebagai anak yang baik? Tidak salah memang jika meminta tolong pada orang tua, tapi aku juga harus ingat kalau mereka juga punya urusan lain. Dan pada akhirnya itu juga untukku, bukan untuk orang lain.
Pada akhirnya, hanya penyesalan dan kekecewaan pada diri sendiri yang menemani. Berharap mama dan papa memaafkanku, walau aku yakin sedikitpun mereka tidak akan terpikir akan sifat burukku. Yang terpikir oleh mereka pasti adalah kekecewaan karena telah membuat aku kecewa. Tapi justru itulah yang membuatku hancur lagi.

Sorry for those that may hurts you, mom, dad. Those that may not you notice :'(
(Curahan hati pertama, di malam yang dipenuhi air mata)

Puisi Kerinduan

Yuuhuuuuu. Puisi yang baru sempet diposting niihhh!! Kayaknya biasa banget, ngga jago euy bikin puisi. Tapi yasudahlah yaaa, yang penting posting ^^

Puisi Kerinduan 

Kala senja tiba
Kala matahari terbenam
Kala hanya tersisa bias jingga di langit barat
Kala bulan mulai memperlihatkan bentuknya
Kala bintang gemintang meningkahi malam
Kala itu pula kerinduan ini datang menyapa

Ia datang dengan secarik kertas bergambarkan wajahmu
Tidak! Tidak! Itu belum cukup bagiku
Lalu ia mengalunkan suaramu yang menentramkan jiwa
Tidak! Itu masih belum cukup bagiku
Lalu ku katakan pada kerinduan bahwa aku membutuhkanmu disini
Namun ia tak mau mendengarkanku
Ia tak mau mendengarkanku

Alih – alih ia pergi meninggalkan ku bersama kekosongan
Ia terbang menuju galaksi keindahan
Bermain dengan bulan pengisi cakrawala malam
Bersorak bersama si terang Sirius
Dan kemudian kembali mengisi kamarku dengan sinarnya yang terang
Aku memohon pada kerinduan ini untuk mengajakmu datang menemuiku
Tapi ia menolaknya
Lalu aku memohon padanya untuk meninggalkanku tanpa bayang – bayangmu
Ia juga menolaknya

Cinta!
Cinta aku mohon!
Cinta bantu aku untuk lepas dari kerinduan ini
Kerinduan yang datang menyesakkan setiap malam
Kerinduan yang menenggelamkanku dalam cahaya harapan
Kerinduan yang menggelungku dengan dalih keindahan
Kerinduan yang datang menyesakkan setiap malam
Cinta aku mohon!
Cinta bantu aku untuk lepas dari kerinduan ini